Faktor kemujuran ikut ambil bagian dalam kemenangan Indonesia atas Thailand.
Oleh Agung Harsya
8 Des 2010 02:17:00
Thailand banyak memberi pelajaran kepada Indonesia. Dalam pertandingan terakhir Grup A Piala AFF 2010, Indonesia memang berhasil mengalahkan Thailand 2-1, tapi tuan rumah tidak boleh terlalu menepuk dada karena sepanjang laga menjadi pihak yang paling tertekan. Berkat kombinasi faktor kerja keras, ketekunan, taktik pergantian pemain, serta kemujuran, Indonesia keluar lapangan sebagai pemenang.
Banyak hal yang diberikan Thailand kepada sang tuan rumah. Posisi tim Gajah Putih itu memang sedang tidak menguntungkan karena mutlak harus menang untuk melaju ke semi-final turnamen. Namun, bukankah kerap terjadi pihak yang diancam bahaya justru mampu mengeluarkan kemampuan terbaiknya supaya selamat?
Thailand mengerahkan segala kekuatan yang dimiliki. Secara mengejutkan, Bryan Robson memilih mencadangkan Sarayoot Chaikamdee, Suchao Nutnum, dan Teerathep Winothai. Tetapi kekuatan Thailand betul-betul menggila. Setelah 25 menit pertandingan, kombinasi serangan melalui Datsakorn Thonglao dan Suree Sukha sangat menyulitkan Indonesia.
Banyak hal yang diberikan Thailand kepada sang tuan rumah. Posisi tim Gajah Putih itu memang sedang tidak menguntungkan karena mutlak harus menang untuk melaju ke semi-final turnamen. Namun, bukankah kerap terjadi pihak yang diancam bahaya justru mampu mengeluarkan kemampuan terbaiknya supaya selamat?
Thailand mengerahkan segala kekuatan yang dimiliki. Secara mengejutkan, Bryan Robson memilih mencadangkan Sarayoot Chaikamdee, Suchao Nutnum, dan Teerathep Winothai. Tetapi kekuatan Thailand betul-betul menggila. Setelah 25 menit pertandingan, kombinasi serangan melalui Datsakorn Thonglao dan Suree Sukha sangat menyulitkan Indonesia.
Beberapa kali suporter Indonesia, yang datang dengan jumlah paling banyak sejak pertandingan grup dimulai, harus menahan nafas. Ada beberapa momen ketika kesenyapan terjadi di dalam stadion. Dari sudut pandang tuan rumah, hal ini sungguh mengerikan. Desah kecewa muncul ketika Suree Sukha berhasil membawa Thailand unggul.
Meskipun hasil apapun sudah tidak menentukan posisi Indonesia di semi-final -- meskipun juga Indonesia tidak tampil dengan beberapa pemain terbaik -- hasil maksimal tetap dicari demi kebahagiaan pendukung yang sudah susah payah datang ke stadion.
Usai kebobolan, Alfred Riedl menjawabnya dengan segera memasukkan Arif Suyono untuk mengganti Oktovianus Maniani yang mengecewakan. Di sisi lain, Bryan Robson malah mempreteli kekuatan sendiri dengan mengganti Datsakorn Thonglao dan Suree Sukha dengan Therdsak Chaiman dan Suchao Nutnum.
Pertandingan pun menemui titik balik. Berawal dari kesalahan individual Panupong Wongsa yang melanggar Cristian Gonzales di area terlarang, Indonesia bangkit. Penalti Bambang Pamungkas menyamakan kedudukan. Beberapa menit berselang, tendangan Arif Suyono menyentuh tangan Panupong sehingga melahirkan penalti kedua. Bambang kembali sukses menjalankan tugas sebagai eksekutor, Indonesia pun bersuka ria. Hasil akhir 2-1 untuk Garuda.
Sepakbola, seperti yang diutarakan banyak orang, memiliki faktor kemujuran. Namun, kemujuran tidak datang begitu saja. Indonesia meraihnya melalui kerja keras, ketekunan, dan kejelian mengubah strategi tim.
Di sisi lain, daripada merajuk soal keputusan wasit Sato Ryuji asal Jepang yang memberikan penalti untuk Indonesia, Bryan Robson harus berefleksi karena arah pertandingan berubah sejak dia mengganti taktik timnya. Robson juga mempertanyakan keputusan Ryuji tidak memberikan penalti kepada Thailand pada babak pertama. Sikap Robson tidak pantas mengingat reputasinya sebagai salah satu pemain legendaris Manchester United. Tapi, mungkin kita harus maklum karena pertandingan ini menjadi meja pertaruhan karier Robson sebagai pelatih timnas Thailand.
Sama halnya seperti kita harus maklum ketika Bambang Pamungkas memilih menghindar dari kejaran wartawan di mixed zone usai pertandingan. Bambang menolak berkomentar sehingga membuat publik bertanya-tanya apa yang dirasakannya ketika menjadi penentu kemenangan Indonesia atas Thailand, lawan yang paling sulit ditaklukkan di Asia Tenggara. Bambang rupanya memilih menyimpan kebahagiaan itu untuk diri sendiri -- mudah-mudahan hanya untuk sementara waktu.
Kini saatnya melupakan babak penyisihan grup dan menatap semi-final. Babak empat besar dimainkan dua leg yang dimulai 16 Desember mendatang. Indonesia mendapat giliran menjamu tim runner-up Grup B pada 19 Desember. Sambil menunggu, tersenyumlah Indonesia!
Meskipun hasil apapun sudah tidak menentukan posisi Indonesia di semi-final -- meskipun juga Indonesia tidak tampil dengan beberapa pemain terbaik -- hasil maksimal tetap dicari demi kebahagiaan pendukung yang sudah susah payah datang ke stadion.
Usai kebobolan, Alfred Riedl menjawabnya dengan segera memasukkan Arif Suyono untuk mengganti Oktovianus Maniani yang mengecewakan. Di sisi lain, Bryan Robson malah mempreteli kekuatan sendiri dengan mengganti Datsakorn Thonglao dan Suree Sukha dengan Therdsak Chaiman dan Suchao Nutnum.
Pertandingan pun menemui titik balik. Berawal dari kesalahan individual Panupong Wongsa yang melanggar Cristian Gonzales di area terlarang, Indonesia bangkit. Penalti Bambang Pamungkas menyamakan kedudukan. Beberapa menit berselang, tendangan Arif Suyono menyentuh tangan Panupong sehingga melahirkan penalti kedua. Bambang kembali sukses menjalankan tugas sebagai eksekutor, Indonesia pun bersuka ria. Hasil akhir 2-1 untuk Garuda.
Sepakbola, seperti yang diutarakan banyak orang, memiliki faktor kemujuran. Namun, kemujuran tidak datang begitu saja. Indonesia meraihnya melalui kerja keras, ketekunan, dan kejelian mengubah strategi tim.
Di sisi lain, daripada merajuk soal keputusan wasit Sato Ryuji asal Jepang yang memberikan penalti untuk Indonesia, Bryan Robson harus berefleksi karena arah pertandingan berubah sejak dia mengganti taktik timnya. Robson juga mempertanyakan keputusan Ryuji tidak memberikan penalti kepada Thailand pada babak pertama. Sikap Robson tidak pantas mengingat reputasinya sebagai salah satu pemain legendaris Manchester United. Tapi, mungkin kita harus maklum karena pertandingan ini menjadi meja pertaruhan karier Robson sebagai pelatih timnas Thailand.
Sama halnya seperti kita harus maklum ketika Bambang Pamungkas memilih menghindar dari kejaran wartawan di mixed zone usai pertandingan. Bambang menolak berkomentar sehingga membuat publik bertanya-tanya apa yang dirasakannya ketika menjadi penentu kemenangan Indonesia atas Thailand, lawan yang paling sulit ditaklukkan di Asia Tenggara. Bambang rupanya memilih menyimpan kebahagiaan itu untuk diri sendiri -- mudah-mudahan hanya untuk sementara waktu.
Kini saatnya melupakan babak penyisihan grup dan menatap semi-final. Babak empat besar dimainkan dua leg yang dimulai 16 Desember mendatang. Indonesia mendapat giliran menjamu tim runner-up Grup B pada 19 Desember. Sambil menunggu, tersenyumlah Indonesia!
(Sumber:http://www.goal.com/id-ID/news/2533/terbaik-terburuk/2010/12/08/2250415/terbaik-terburuk-indonesia-2-1-thailand)
1 komentar:
Berjuanglah timnas ku di final lawan Malaysia...
Posting Komentar